Jumat, 09 Desember 2011

Penyesalan

Namanya Jaka…

Dia adalah kekasihku. Aku sangat mencintai. Tapi sayangnya ayah tidak menyukainya hanya karena dia adalah seorang pengangguran. Namun aku tak gentar. Bahkan siang ini aku berjanji bertemu dengan Jaka di sini. Kemana ya dia? Kok lama sekali?.

Aku baru saja datang bersama Jaka. Kebetulan, ayah sedang duduk santai di teras rumah.

“Ayah…” Sapaku hati-hati.

Wajahnya berubah marah ketika melihat Jaka di sampingku.

“Mau apa lagi kamu kesini?”

“Sa…saya…”

(aku memotong perkataan Jaka)

“Jaka ingin melamarku!”

Wajah ayah semakin marah. Ia bangkit dari duduknya.

“Apa kamu bilang? Dia ingin melamarmu?Tidak! ayah tidak akan mengizinkan kamu menikah dengannya. Dan kamu, pergi kamu dari sini!”

“Tunggu sebentar, pak! Saya bisa menjelaskan semuanya! Saya bisa meyakinkan anada untuk menerima saya!” Kata Jaka.

“Ayah… tolong ayah, jangan usir Jaka lagi. Tolong ayah kumohon!”

“Dia tidak pantas ada di sini. Pergi kamu dari sini!”

Jaka pun pergi.

Ayah memarahiku..

“Kamu bodoh Mawar! Masih banyak lelaki mapan di luar sana yang mampu membuatmu bahagia, dan mampu memenuhi semua keinginanmu. Tapi kenapa kamu memilih pengangguran seperti dia.”

“Karena aku mencintainya, ayah!”

“Apa? Cinta? Kamu pikir cinta akan memenuhi semua keinginanmu? Kamu benar-benar bodoh Mawar!”

“Ya… aku bodoh. Aku bodoh karena cintaku pada Jaka! Puas!?”

(Ayah menampar Mawar)

“Ayo ayah, tampar aku lagi biar ayah puas!”

“Argkh… Ayah menyesal memiliki anak sepertimu. Lebih baik kamu pergi dari sini! Pergi!”

“Baik kalau itu yang ayah mau! Mawar akan pergi!”

Akupun pergi. Tak ku sangka ayah akan mengusirku seperti ini. Tapi aku senang, karena artinya aku bisa menikah dengan Jaka tanpa ada yang menghalangi.

Dan akhirnya kami pun menikah. Tahun pertama pernikahan kami, aku sangat bahagia. Walaupun Jaka hanya bekerja sebagai seorang buruh di sebuah pabrik, tapi dia masih mampu memenuhi semua kebutuhan kami. Aku bahagia! Sangat bahagia!

Tapi tahun kedua pernikahan kami, Jaka berubah drastis semenjak dia di-PHK dari tempatnya bekerja. Sekarang dia, sering marah-marah tanpa alasan, sering pulang malam, bahkan sering mabuk-mabukan. Dulu aku bahagia, kini aku tersiksa.

Malam ini Jaka belum pulang. Aku menunggunya sambilnya shalat tahajud. Tiba-tiba kudengar pintu diketuk keras, dan terdengar suara Jaka.

“Mawar… buka Mawar! Halaaahhhh wanita ini, kerjaannya tidur terus!”

Aku membuka pintu dan…

“Astagfirullah Jaka,,, Kamu mabuk lagi?”
“Arghk berisik…”

“Astagfirullah….”

Jaka masuk kedalam kamar dan mengobrak-abrik isi lemari.

“Mawar dimana uangmu?”

“Uang apa? Aku sudah tidak memiliki uang lagi!”

“Ini! Apa ini?”
“Jangan! Itu kalung peninggalan Almh. Ibuku! Jangan diambil!”

“Argkh berisik…!!!”

Jaka pun pergi lagi…

Jaka… mengapa kau berubah seperti ini? Tak lagi berartikah aku di hatimu Jaka? Telah kutinggalkan ayahku demi untuk bersamamu. Ayah…ayah… Aku merindukanmu ayah. Maafkan Mawar karena dulu Mawar tidak mendengarkan kata-katamu. Mawar menyesal ayah…

“Jaka keterlaluan!”(tersenyum) “Keterlaluan!”

(tertawa) “Keterlaluan!”

(menangis)

(beteriak) “Ayaaaahhhhhh…….”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar